Rabu, 05 Oktober 2011

MEMBANGUN ILMU PENDIDIKAN DENGAN LANDASAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN


Perkembangan dan kemajuan teknologi dibidang transportasi dan informasi membawa manusia ke dalam masa yang sangat sarat dengan kemajemukan. Dalam kemajemukan tersebut, filsafat sebagai suatu konsep pengarah pendidikan serta pembentuk etika dan moral pendidikan berada dalam tantangan besar. Dengan demikian maka semakin jelas bahwa filsafat pendidikan juga akan berperan dalam mengembangkan kultur dan etika pendidikan itu sendiri, dimana didalamnya tentu saja terlibat keseluruhan komponen pendidikan baik itu objeknya maupun subjek pendidikan.

Pendidikan yang ada diIndonesia bukan hanya yang didapati melalui lembaga pendidikan formal yang biasanya dimulai dari tingkat SD sampai Perguruan tinggi, tapi pendidikan yang ada adalah semua bentuk ajaran-ajaran yang berlaku dalam masyarakat Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai budaya atau kultur yang menghasilkan suatu kebiasaan atau adat istiadat. Adat istiadat bagai bangsa Indonesia telah mereka kenal sebelum memasuki jenjang pendidikan formal karena hal itu tumbuh dan berkembang dalam lingkungan kehidupannya dimulai dari keluarga sebagai masyarakat terkecil sampai pada masyarakat luas yang ada disekeliling mereka. Adat istiadat ini yang akhirnya membentuk suatu etika kepribadian seseorang yang mana telah dipadukan dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka peroleh secara formal dalam lembaga pendidikan.

Secara formal pendidikan yang ada di Indonesia telah diatur sedemikian rupa karena hal ini termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi…

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban umum

yang kemudian dijabarkan dalam Undang-undang dasar 1945 pada Bab XIII pasal 31 ayat 1 yang bunyinya “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran“ dan ayat 2 “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang”. Demikian juga halnya pada 8 jalur pemerataan maka masalah pendidikan berada pada jalur pemerataan yang ke 2 "Pemerataan Kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan”. Kemudian masalah pendidikan ini juga terdapat pada GBHN tahun 1999 – 2004 pada point E.

Untuk lebih memperjelas apa yang penulis maksudkan dengan judul Membangun Ilmu Pendidikan dengan Landasan Filsafat Ilmu Pengetahuan. penulis akan mengangkat suatu rumusan permasalah yang mudah-mudahan dapat memperjelas maksud dari judul paper ini.

Permaslahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka ada beberapa rumusan masalah yang akan diangkat sebagai pokok permasalahan dari makalah ini sebagai berikut:

Bagaimana kedudukan filsafat ilmu pengetahuan sebagai landasan yang membangun Ilmu Pendidikan?

PEMBAHASAN

Kedudukan Filsafat Ilmu Pengetahuan

Jika kita berbicara tentang filsafat berarti kita akan menuju kepada sesuatu yang hakiki atau kebenaran yang mutlak dan yang mendasar. Seperti yang diungkapkan oleh Syaikh Nadim al-Fisr ketika berdialog dengan seorang muridnya bernama Hayran bin al-Adh’af bahwa filsafat itu ingin mengetahui hakikat segala sesuatu termasuk asal dan tujuannya bahkan para filosof mendefinisikan bahwa filsafat ialah upaya menyelidiki hakikat semua yang ada atau filsafat adalah ilmu tentang prinsip-prinsip yang paling mendasar*). Bahkan dalam kamus filsafat Lorens Bagus dikatakan bahwa filsafat adalah disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang anda katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.

Titik berangkat pertama filsafat adalah kegiatan manusia, khususnya kegiatan pengetahuan dan kehendak yang merupakan kenyataan yang pertama dialami secara langsung oleh manusia. Didalam kegiatan ini ia menjadi sadar akan eksistensinya sendiri dan eksistensi orang lain. Dari sudut pandang ini seluruh filsafat adalah penjelasan tentang kegiatan manusia yang menyentuh akar-akarnya yang terdalam. Dalam arti lebih luas titik berangkat filsafat adalah pengetahuan mana saja tentang kenyataan yang mendahului penelitian filosofis. Ini mencakup pengetahuan biasa sehari-hari yang dimiliki individu, seperti warisan budaya masa lalu dan juga hasil ilmu-ilmu khusus lainnya. Pengetahuan-pengetahuan semacam ini membantu filsafat, tetapi filsafat juga membantu pengetahuan-pengetahuan ini sepanjang ia memantapkan dan menjelaskan prinsip-prinsip dasarnya.

Dengan kodrat yang diberikan Tuhan kepada Manusia (kodrat yang diberikan Tuhan kepada manusia berupa jasad dalam bentuk sebaik-baiknya, ruh, akal, nafsu, dan qalbu) maka sebagai wujud kesadaran akan eksistensi dirinya dan eksistensi orang lain, manusia menggunakan wahana ilmu pendidikan (education), ilmu pengetahuan alam (natural science), ilmu pengetahuan sosial (social science), dan ilmu humaniora (humanities) dalam membangun dan mengembangkan kehidupannya ke arah kesejahteraan.

Wujud kesadaran akan eksistensi tersebut berupa budaya (ilmu Pengetahuan) yang dihasilkan dari proses Perenungan (contemplation), pemikiran dan pengalaman (experiences) dengan menggunakan metode tertentu, dengan objek dan ruang lingkup yang jelas, serta secara sistematis.

Sesuai dengan makna filsafat yaitu sebagai ilmu yang bertujuan untuk berusaha memahami semua hal yang timbul dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia maka berfilosofis memerlukan suatu ilmu dalam mewujudkan hal tersebut. Ajaran filsafat yang komprehensif itu telah menduduki status yang tinggi dalam kehidupan manusia yakni sebagai ideologi bagi suatu bangsa, diilhami dan berpedoman pada ajaran-ajaran filsafat bangsa itu yang telah menjadi akar budaya dari bangsa tersebut. Maka dengan demikian maka kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan, bahkan kesadaran atas nilai-nilai hukum dan moral bersumber dari ajaran filsafat tersebut.

1 komentar:

Unknown mengatakan...


Blog ini bermanfaat sekali , Thanks gan !!



bisnistiket.co.id

Arsip Blog